Seorang pendekar, sebut saja namanya Bunrang, setiap hari hidupnya hanya diisi dengan pertengkaran dan perkelahian. Sudah banyak orang yang pernah merasakan hantaman kepalan tangannya. Ada yang luka-luka, ada pula yang meninggal dunia. Terlahir sebagai seorang yang berbadan atletis dengan dada bidang dan otot paha yang besar dan kencang, wajar kalau banyak orang yang takut padanya.
Bunrang memang seorang pendekar sejati. Meskipun hari-harinya diisi dengan perkelahian, tetapi Ia juga punya cinta. Ia telah menikah selama kurang lebih 24 tahun. Meskipun Bunrang terlahir sebagai seorang pendekar yang hidupnya bisa dibilang selalu terancam, tapi istrinya tetap setia bersamanya. Nampaknya istri Bunrang sudah bisa menerima segala kelebihan dan kekurangan si Bunrang. Hal itu dibuktikan dengan kesetiaannya mendampingi seorang pendekar selama kurang lebih 24 tahun.
Hingga pada akhirnya, Bunrang Sang Pendekar menderita penyakit parah. Penyakitnya membuat Ia hampir meninggal dunia. Saat Bunrang sedang sakaratul maut, Ia memanggil istrinya, wanita yang telah mendampinginya selama hampir seperempat abad. Terjadi percakapan singkat sebelum akhirnya Bunrang menghembuskan nafas terakhirnya.
Bunrang: "Istriku, jika aku mati nanti, aku ingin engkau menikah dengan Yabo."
Istri: "Sayang, bukankah Yabo itu adalah musuh bubuyutan kamu??? Kenapa kamu sampai rela melepaskan aku pada Yabo???"
Bunrang: "Benar istriku, Yabo memang musuh bubuyutanku. Dari dulu hingga saat ini, saya tidak pernah bisa menerima segala perlakuannya padaku. Selama saya masih bernafas, saya tidak akan pernah memaafkan apa yang telah dilakukannya padaku, dan nafas perlawanan akan tetap kuperjuangkan untuk mengalahkannya. Saat ini aku sedang sakit, satu hal yang ku khawatirkan adalah jika aku mati nanti, Yabo akan merasa menang, dan saya tidak akan pernah bisa rela jika hal itu sampai terjadi."
Istri: "Lalu apa yang membuatmu rela melepaskan aku ke pelukan musuh bubuyutanmu itu???"
Bunrang: "Saya ingin Yabo menderita seperti yang aku alami selama 24 tahun terakhir."