Selasa, 24 Januari 2012

Sasaran Evaluasi Kurikulum

Berikut ini adalah daftar sasaran evaluasi kurikulum, antara lain:
  • Tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan pembelajaran. Penilaian tentang tujuan-tujuan itu ditinjau dari segi konsistensinya dengan tujuan institusional dan atau tujuan umum pendidikan nasional, ketetapan perumusannya, kesesuaian dengan taraf perkembangan dan kebutuhan siswa, kejelasan dan ketepatan struktur organisasinya, dan sebagainya.
  • Pengalaman belajar yang mencakup strategi pembelajaran, metode mengajar, dan hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran. Penilaian tentang hal ini terutama ditinjau dari segi kesesuaiannya dengan tujuan yang akan dicapai serta ketetapannya ditinjau dari segi pebelajar, konten, fasilitas, serta tempat dan waktu, dan sebagainya.
  • Bahan pelajaran (konten) yang diprogramkan untuk mencapai tujuan tertentu, yang pada umumnya dinyatakan dalam berbagai pokok bahasan. Penilaian terhadap konten tersebut terutama ditinjau dari pandangan yang terbaru, keluasan dan kedalamannya, ketepatan urutannya, kesesuaian dengan perkembangan/kebutuhan/pengalaman pebelajar, dan sebagainya.
  • Komponen kurikulum lainnya, seperti: waktu yang disediakan, fasilitas yang tersedia, sistem evaluasi, dan sebagainya. penilaian hal-hal tersebut terutama ditinjau dari segi efektivitas dukungannya dalam membelajarkan pebelajar untuk mencapai tujuan pendidikan.
  • Kemampuan guru dan personal lainnya yang terlibat didalam implementasi kurikulum, terutama yang berkaitan dengan proses pembelajaran. Penilaian ini terutama yang berhubungan dengan wawasan dan pemahaman pesan umum dari kurikulum, kemampuan mengelola program pembelajaran, dan sebagainya.
  • Pebelajar yang mengikuti program pendidikan, terutama dalam kaitannya dengan ketepatan analisis situasi seperti kesiapan mengikuti program pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang bersangkutan.
  • Dukungan iklim profesional sebagai konteks pelaksanaan kurikulum.
  • Hasil dan dampak kurikulum yakni yang berkaitan dengan hasil belajar pebelajar serta dampaknya di lapangan.

Minggu, 15 Januari 2012

Grammatical Analysis - Theory and Practice of Translation

Nida, Eugene A. and Taber, Charles R. (1982:33-34) in their book entitled The Theory and Practice of Translation states that basically, there are two different systems for translating. The first consists in setting up a series of rules which are intended to be applied strictly in order and are designed to specify exactly what should be done with each item or combination of items in the source language so as to select the appropriate corresponding form in the receptor language. Some theoreticians have contended that this automatic selection process is best accomplished by working through an intermediate, neutral, universal linguistic structure. This go-between language into which the source is translated and from which the finished translation is derived may be either another natural language or a completely artificial language. But whether or not such an intermediate stage is used, this approach is based on the application of rules to what linguists call the “surface structure” of language, that is, the level of structure which is overtly spoken and heard, or written and read.

The second system of translation consists of a more elaborate procedure comprising three stages: (1) analysis, in which the surface structure (i.e., the message as given in language A) is analyzed in terms of (a) the grammatical relationships and (b) the meanings of the words and combination of words, (2) transfer, in which the analyzed material is transferred in the mind of the translator from language A to language B, and (3) restructuring, in which the transferred material is restructured in order to make the final message fully acceptable in the receptor language.

The system seems much more complicated and cumbersome than the other. But the more linguists learn of the structure of languages and of messages expressed in linguistic forms, the more they realize that a single-stage procedure is inadequate. The seemingly roundabout route actually reflects much better the real nature of linguistic structures, and therefore reflects much more accurately what happens in good translation and represents a much more efficient method for the mastery of translation technique than the first system. 

A useful analogy is that of crossing a broad, deep, swift river. If one does not know how to swim, and does not have a boat, it is necessary to go up or down the bank of the river until a place is found which is shallow enough to serve as a ford. The time and effort spent walking along one side of the river is not only not wasted; it is absolutely essential to the crossing.

As indicated above, there are three major steps in analysis: (1) determining the meaningful relationships between the words and combination of words, (2) the referential meaning of the words and special combination of words (the idioms), and (3) the connotative meaning i.e., how the users of the language react, whether positively or negatively, to the words and combination of them. In this chapter we shall be dealing only with the analysis of the meaningful relationship between words on a grammatical level.

Minggu, 01 Januari 2012

Langkah-langkah penyuluhan

Rogers (47) memperkenalkan langkah-langkah yang harus ditempuh dalam proses penyuluhan non-directive sebagai berikut:

  • Individu datang secara sukarela untuk meminta bantuan
Apabila seorang individu datang kepada penyuluh berdasarkan atas petunjuk dari orang lain, penyuluh harus menciptakan suatu situasi yang sangat bebas dan permissive, sehingga klien mendapat kesempatan untuk menentukan apakah dia akan melanjutkan permintaan bantuan kepada penyuluh itu atau tidak.

  • Menentukan situasi penyuluhan
Dalam menentukan situasi ini, klien didorong untuk menerima tanggung jawab untuk melaksanakan pemecahan masalah yang sedang dihadapinya. Penyerahan tanggung jawab ini hanya dapat dilakukan apabila penyuluh mempunyai keyakinan tentang kemampuan individu untuk menolong dirinya sendiri, setelah Ia melepaskan diri dari kekuatan-kekuatan yang mengekang dorongan-dorongannya yang alamiah ke arah penyesuaian diri, kedewasaan dan kebebasan.

  • Penyuluh mendorong klien untuk menyatakan perasaannya secara bebas tentang masalah yang dihadapinya
Dengan memperlihatkan sikap bersahabat, ramah dan reseptif, seorang penyuluh memungkinkan kliennya untuk menyatakan perasaannya mengenai masalah yang dihadapinya, kemarahannya, ketertarikannya, kesalahan-kesalahannya dan ketidak-mampuannya untuk membuat keputusan. Dengan demikian, kliennya akan merasakan pula meredanya ketegangan dan tekanan batin yang diderita sebelumnya.

  • penyuluh menerima, mengenal, dan mencerminkan perasaan klien yang bersifat negatif
Dengan memberikan respon kepada perasaan-perasaan yang mendasari kata-kata klien, penyuluh membantunya dengan tidak langsung, untuk memahami dan menerima perasaan negatif tersebut.

  • Pernyataan yang meluap tentang perasaan yang negatif itu diikuti dengan pernyataan yang lemah dan bersifat percobaan tentang perasaan yang positif
  • Penyuluh menerima, mengenal dan mencerminkan perasaan positif
  • Saat pencurahan perasaan itu diikuti oleh perkembangan yang berangsur-angsur tentang wawasan klien mengenai dirinya
Klien memahami dan menerima masalahnya tatkala dia mulai memahami dan menerima dirinya sendiri

  • Apabila klien telah mengenal dan menerima sikap serta keinginan yang sesungguhnya secara emosional dan apabila dia telah sampai kepada pemahaman yang lebih jelas tentang sebab-sebab dari tingkah lakunya dan memperoleh tanggapan yang segar tentang situasi kehidupannya, mulailah dia membayangkan suatu keputusan yang akan dan harus diambilnya dan membayang pulalah rangkaian kegiatan yang dapat dilakukannya sesuai dengan keputusan itu.
  • Klien mencoba menjelmakan wawasannya dalam tingkah laku
  • Pertumbuhan selanjutnya berlangsung bersama-sama dengan diperolehnya wawasan klien yang lebih jauh tentang dirinya
  • Terjelmalah tingkah laku positif yang terintegrasi dan bertambah terus
  • Klien merasakan berkurangnya kebutuhan akan bantuan dan merasa bahwa penyuluhan harus diakhiri dan menghentikan pertalian penyuluhan tersebut